3 Keresahan Orang Berkacamata

 Sebagai orang minus, tentu saya menggunakan alat bantu penglihatan bernama kacamata. Sebagai orang berkacamata tentu saya juga merasakan beberapa permasalahan.

Pada zaman dahulu, ketika saya masih SMP, itu artinya pada tahun 2008, orang berkacamata dilabeli dengan kata "culun." Maka saya sebagai seorang yang sudah minus sejak SMP, merasa berontak dan tidak ingin menggunakan kacamata secara teratur.

Selain tidak ingin dilabeli dengan kata "culun," berkacamata itu ada tidak enaknya juga. Namun berbeda dengan zaman sekarang, yang dimulai pada tahun 2011, kacamata menjadi tren anak muda. Mereka yang tidak minus, bergaya menggunakan kacamata sebaga fesyen.

Peralihan dari "culun" menjadi "tren fesyen" membuat saya mau menggunakan kacamata. Ya mau bagaimana lagi, mata saya sudah buram dalam memandang. Tetapi, siapa sangka mengenakan kacamata juga memiliki permasalahan tersendiri. Inilah tiga permasalahan berkacamata menurut pengalaman saya.

1. Lupa dan Mencari-cari

Saya termasuk orang sembrono dalam meletakkan kacamata. Seringkali saya lupa di mana saya meletakkan kacamata terakhir kali. Kejadian ini mengharuskan saya memutari ruangan -yang meskipun kecil- untuk mencari di mana kacamata saya.

Nah yang menjadi problem lagi, mata saya ini buram, jadi saya harus memicing dan mendekatkan muka pada meja, kursi, tembok untuk memastikan apakah kacamata saya ada di sana.

2. Tergores Bulu Mata

Bagi Anda yang memiliki bulu mata panjang nan lentik, pasti ada rasa tidak nyaman ketika harus menggunakan kacamata. Mengapa? Ya karena bulu matanya jadi suka nyukruk-nyukruk lensa kacamata. Dan ini sungguh tidak nyaman.

Oleh karena itu, metode melengkungkan atau melentikkan bulu mata atau yang biasa disebut dengan extension bulu mata, sangat membantu kami para pemilik bulu mata yang panjang untuk menggunakan kacamata dengan lebih nyaman.

3. Embun

Sejak pandemi ini, masker telah menjadi satu kebutuhan pokok setiap manusia. Tidak terkecuali kami para pengguna kacamata. Namun sayangnya, hal ini memberikan masalah baru bagi saya. Saya yang lebih nyaman menggunakan kacamata dibanding kontak lensa menjadi tidak nyaman ketika menggunakan kacamata sekaligus masker.

Saya dan teman yang juga pengguna kacamata sering kali merasa jengkel ketika harus menggunakan masker. Betapa tidak, efek menggunakan masker ini membuat uap karbondioksida hasil dari embusan napas menjadi embun di kacamata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Investasi Ilmu, Emang Ada?

Tiga Poin Terakhir dalam Journal Activities

Indscript Creative dalam Sosial Media