Perkara Nama

Setelah saya mengamati, ternyata nama saya termasuk pasaran.

Saya pernah memiliki pengalaman unik dan lucu mengenai nama yang ternyata menjadi pasar para orang tua dalam memberi nama anaknya, khususnya perempuan.

Satu waktu, ketika di kampus, nama saya yang konon adalah hasil dari iuran bapak dan mbah kung, ternyata telah dimiliki oleh tidak hanya segelintir tetapi banyak mahasiswi. Sampai-sampai saya ogah menoleh ketika ada yang berteriak menyebut nama panggilan yang sama dengan saya.

"Rahma!" begitu teriak seorang mahasiswi, mengapa saya menyebutnya mahasiswi, sebab dari suaranya sudah kentara kalau dia perempuan.

Saya yang kala itu sedang berjalan menjauhi gedung fakultas menoleh. Saya melihat seorang perempuan (nah kan bener dia perempuan) yang berjalan menuju arah saya. Tetapi, saya merasa asing dengan wajah si pemanggil. Teman satu jurusan? kok, bukan. Teman Himpunan? juga bukan. Jadi, saya tersenyum dan bertanya,

"Ada apa?" ketika si pemanggil itu hanya berjarak dua langkah dari saya.

Laahhhh... kok ternyata saya dilewati begitu saja. Si pemanggil tadi rupanya memanggil temannya -yang kebetulan namanya sama dengan saya- yang berada persis di depan saya ketika melangkah meninggalkan gedung fakultas.

Saya ingin mengabsen nama-nama penduduk kebun binatang dengan lantang, tapi kok rasanya kurang pantas. Jadi, saya cukup mengabsennya di dalam batin saja. Lalu saya melangkah lebih cepat untuk meninggalkan gedung fakultas sekaligus rasa malu yang sudah telanjur menghampiri itu.

Kejadian lucu soal nama ini juga dialami oleh teman saya. Dia laki-laki, nama panggilannya Mawar. (Kalau kamu membaca tulisan ini mas Mawar. Selamat! Kamu beruntung).

Ketika itu sedang ada lomba yang diadakan oleh mahasiswa himpunan jurusan. Lalu, Mawar mendaftarkan diri sebagai peserta. Ketika acara berlangsung, sang pembawa acara mempersilakan seluruh peserta, yang kala itu ada lima, untuk memperkenalkan diri masing-masing.

Sesi perkenalan dari tiga peserta berjalan dengan lancar. Dan sekarang giliran Mawar yang mengenalkan diri.

"Terima kasih kepada kakak pembawa acara (menyebut nama pembawa acara) yang memberi saya kesempatan di sini. Perkenalkan semua, nama saya Mawardi, saya biasa dipanggil Mawar.."

Semua peserta dan pembawa acara melongo ketika mendengar nama panggilannya. Bahkan, tukang gulung kabel yang berada di belakang area peserta tiba-tiba berhenti menggulung kabel dan melongo ketika mendengar nama panggilannya. Betapa mereka tidak melongo? Suara dari teman saya ini menunjukkan bahwa ia adalah laki-laki yang perkasa. Pokoknya, khas lelaki sekali.

Saya tertawa terbahak-bahak ketika ia menceritakan kejadian di dalam ruang lomba itu.

"Awakmu iso ngguyu kekel, aku sing ning njero bingung kudu piye. Lha ujuk-ujuk meneng kabeh."

Kamu bisa tertawa terpingkal-pingkal, saya yang di dalam bingung harus bagaimana. Tiba-tiba semua diam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Investasi Ilmu, Emang Ada?

Tiga Poin Terakhir dalam Journal Activities

Indscript Creative dalam Sosial Media