Pembangun Dini Hari

Kejadian ini saya alami ketika kuliah di kota Malang. Dulu, sewaktu duduk di sekolah dasar, saya sering tidur di rumah bude. Saya tidur sekamar dengan mbak sepupu. Setiap malam, sebelum tidur, ia selalu mengajak dirinya mengobrol yang seolah sedang mengobrol dengan orang lain dengan nama yang sama dengannya. Ia juga meminta tolong untuk dibangunkan pada waktu subuh oleh dirinya sendiri.

Saya yang waktu itu masih esde, ya sebenarnya kita sama-sama masih esde, merasa heran dengan apa yang dilakukan oleh mbak sepupu. Oh, iya, sebut saja nama sepupu saya ini Yulis, nama yang sengaja saya samarkan.

"Awakmu nyapo to mbak?" tanya saya ketika melihat ia berbincang dengan dirinya sendiri dengan menepuk dadanya.

"Jare ibukku awakdewe iki nduwe kembaran. Terus jare ibukku ben awakdewe iso tangi sakdurunge subuh kuwi ya ngobrol karo awake dewe, ya kembarane awakdewe kuwi, njaluk tulung ben ditangekne sakdurunge azan subuh."

Kata ibu saya kita ini punya kembaran. Terus kata ibu saya biar kita bisa bangun sebelum subuh ya dengan cara mengobrol dengan diri sendiri, dengan kembaran kita, dan minta tolong untuk dibangunkan sebelum subuh.

Lalu mbak sepupu mengulangi ucapannya kembali dengan menepuk dadanya dengan pelan, "Yulis, bangunkan aku ya besok sebelum azan subuh." Sebanyak tiga kali.

"Mosok sih mbak mandhi?"

Masak sih mbak bisa terjadi?

"Udah, kamu nurut aja kalau dibilangi orang tua. Kan yang bilang gitu juga ibukku."

Tanpa pikir panjang, saya mengikuti apa yang dilakukan oleh mbak sepupu.

Dan, benar saja. Keesokan harinya, saya bangun sebelum azan subuh. Percaya tidak percaya ini memang terjadi secara nyata apa adanya. Akhirnya saya melakukan hal itu sampai saya menduduki kelas tiga menengah atas.

Selama saya melakukan ritual itu, tidak ada kejadian aneh, hanya saja tiba-tiba terbangun antara 10-15 menit sebelum azan subuh. Semua berjalan normal tanpa ada bayang-bayang apapun.

Tapi semua kenormalan itu menjadi sesuatu yang tidak normal bagi saya ketika saya mulai merantau di kota Malang untuk melanjutkan pendidikan di universitas.

Selama di kota Malang, saya mulai jarang melakukan ritual 'mengobrol dengan diri sendiri' sebab sudah terlalu lelah dan sering langsung tidur setelah membaca doa.

Awalnya saya tetap bangun sebelum azan subuh berkumandang tanpa mengobrol dengan diri sendiri. Sampai akhirnya saya tidak pernah melakukan hal itu lagi.

Di sinilah awal mula saya menjadi bangun mendadak pada dini hari selain karena alasan kebelet ke kamar mandi. Setiap hari, setiap pukul satu, dua, atau tiga dini hari, saya merasa selalu ada yang menyenggol dan menggoyangkan tubuh saya agar saya bangun.

Awalnya saya berpikir bahwa itu teman sekamar saya. Tapi pas mata melek, ternyata saya tidur sendiri. Saya lihat jam di ponsel, masih menunjukkan waktu dini hari. Masih jauh dari mendekati azan subuh. Saya tidur lagi.

Tidak lama kemudian, saya merasa ada yang menyenggol dan menggoyangkan tubuh saya kembali agar segera bangun. Saya melek lagi, melihat sekeliling, menyadari saya masih sendiri, melihat jam di ponsel, ternyata baru sepuluh menit saya terpejam dari bangun saya yang pertama.

Senggolan dan guncangan pada diri saya kembali lagi. Saya bangun setengah sadar, mata masih keriyip-keriyip. Dan sinilah saya menemui sebuah bayang-bayang yang sengaja menyenggol saya agar terbangun.

Bayang-bayang itu menyenggol lengan atas saya, persis seperti yang dilakukan seseorang yang sedang berusaha membangunkan orang yang sedang tidur.

Tertindih? Saya sama sekali tidak merasa tertindih, justru merasa sedang dibangunkan. Bayang-bayang itu tidak berhenti menyenggol lengan atas saya sampai saya benar-benar membuka mata dan tersadar dari tidur.

Anehnya, saya tidak merasakan merinding sama sekali. Saya akhirnya sadar dari tidur saya dan melek dengan sempurna. Saya melihat sekeliling, siapa tau bayang-bayang itu ternyata teman sekamar saya. Ternyata saya masih sendiri, saya melihat jam di ponsel, selisih 45 menit dari bangun saya yang kedua. Dan ternyata ada pesan dari teman sekamar saya yang mengabarkan bahwa ia menginap di kos temannya.

Saya yang sudah telanjur bangun dengan keadaan bugar memutuskan untuk mengambil air wudhu, lalu tidur lagi. Tentu saja tidurnya setelah shalat dua rakaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Investasi Ilmu, Emang Ada?

Tiga Poin Terakhir dalam Journal Activities

Indscript Creative dalam Sosial Media